Wanita cantik berpakaian formal itu
turun dari dalam taksi, melangkah dengan anggun melintasi lobby, sampai ia
memasuki lift dan memencet tombol bernomor 17. Sambil menunggu lift
mengantarkannya ke lantai yang dituju, ia memandangi siluet dirinya sendiri di
cermin yang terdapat pada dinding lift tersebut sambil sesekali merapikan
rambut dan membenahi gulungan lengan kemeja putihnya. Ia memang tak berencana
kemana-mana lagi setelah ini, tapi sifatnya yang perfeksionis membuatnya risih
jika melihat sedikit saja yang tidak beres dengan penampilannya.
Ketika
pintu lift terbuka, ia cepat-cepat berjalan keluar menuju satu pintu yang
terletak di ujung lorong. Dia sengaja memilih yang dipojok itu sebagai tempat
tinggalnya, karena memang jarang dilewati oleh orang-orang. Setelah masuk
kedalam dan kembali mengunci pintu apartemennya, ia segera melepaskan sepatu
hak tinggi yang sudah seharian ini terpasang di kedua kakinya dan langsung
merebahkan dirinya di sofa. Ia tidak bergeming selama kurang lebih 15 menit,
hanya memejamkan mata dan merelaksasi diri, kemudian ia bangun dari duduknya
dan melakukan sedikit bersih-bersih.
Apartemen dengan desain minimalis itu tidak terlalu luas, namun lebih dari cukup untuk ditinggali seorang wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah. Meski begitu, ia tetap menjaga dengan sempurna kebersihan dan kenyamanan apartemennya, karena setelah hari panjang di kantor, yang ia butuhkan kadang hanyalah perasaan nyaman di rumah dan waktu untuk dihabiskan bersama dirinya sendiri di tempat yang sudah dianggap sebagai kerajaan kecilnya.
Apartemen dengan desain minimalis itu tidak terlalu luas, namun lebih dari cukup untuk ditinggali seorang wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah. Meski begitu, ia tetap menjaga dengan sempurna kebersihan dan kenyamanan apartemennya, karena setelah hari panjang di kantor, yang ia butuhkan kadang hanyalah perasaan nyaman di rumah dan waktu untuk dihabiskan bersama dirinya sendiri di tempat yang sudah dianggap sebagai kerajaan kecilnya.
Setelah
berendam air hangat dan mengoleskan night
cream pada wajahnya, wanita itu berjalan menuju meja kaca berwarna putih
yang terletak di kamar tidurnya, dan duduk di kursi yang sengaja dipesannya
dengan warna senada. Ia membuka buku yang tergeletak diatas meja itu, mengambil
pena dan mulai menulis.
10 September
2012
Hari ini panas. Dari tadi siang aku nggak
berani keluar kantor walau barang tiga menit cuma sekedar buat beli koran di
kios seberang jalan. Mataharinya nusuk, bikin kulit perih plus sakit kepala.
Untung hari ini meeting nya agak lama, jadi pas keluar kantor udah gelap.
Dulu, kalo hari panas kayak gini, pasti
kita pergi cream bath bareng…
***
Alicia
turun dari mobil dan bergegas menaiki tangga di teras rumahnya, kemudia
memencet bel dengan tidak sabar sambil mengoceh sendiri. Hari ini udara diluar
sangat panas, dan ia ingin cepat-cepat masuk kerumah untuk menghindari panasnya
matahari yang menggosongkan kulitnya.
Ketika
si Mbok membukakan pintu, Alicia masuk dengan mengendap-endap karena takut
kelihatan oleh mamanya yang sedang makan di dapur. Tapi ternyata mamanya sudah
melihat bayangannya dari jauh dan langsung memanggilnya.
Ketika Alicia
sampai di dapur, mamanya tak dapat menahan diri untuk tidak menjerit dan
ngomel, melihat anak perempuannya yang cantik dan berkulit bersih, tiba-tiba
gosong dan tampak dekil.
Akhirnya
setelah sesi ocehan itu berakhir, Alicia yang sudah makin kepanasan langsung
naik ke lantai 2, dan saat tiba di kamar ia langsung menyalakan AC dan merebahkan
diri di tempat tidurnya yang nyaman. Setelah menenangkan pikiran dan
menetralkan suhu tubuh, ia bangun dan menuju meja belajarnya. Membuka buku di
hadapannya dan mulai menulis.
9 Juni 2003
Hari ini rasanya separo neraka pindah ke
bumi. Panas gila! Padahal pas tadi pagi gue berangkat ke kampus, udaranya
sejuk-sejuk aja, malah mendung kayak mau hujan. Eeh pas jam 11 gue mau beli
gorengan didepan kampus, rasanya kayak di oven! Tadi aja pas nyampe rumah,
nyokap ampe jerit gara-gara liat kulit gue gosong.
Untung hari ini kembaran gue, Leticia,
nggak ada kelas sore. Jadi gue tinggal nungguin dia bentar lagi pulang, trus
kita bias cream bath bareng! Yeay!
Setelah
menulis beberapa kalimat di buku bersampul baby
blue itu, Alicia bangkit berdiri dengan perasaan sedikit lebih riang.
Ritual menulis Diary memang sesuatu
yang tak pernah ia tinggalkan.
Dulu, teman
sebangkunya waktu kelas 3 SD memperkenalkan buku ajaib yang bisa menampung
semua hal yang ada di benaknya. “Mau dijadiin tempat curhat, nulis lirik lagu,
gambar-gambar, kenang-kenangan, pokoknya semua bisa kita bikin di buku ini”,
ucap Kayla, teman sebangkunya saat itu.
Tapi
sepertinya, kalimat yang diucapkan oleh seorang anak kecil itu tidak pernah
bisa lepas dari cantolan di dalam hati si anak yang mendengarnya. Buktinya,
sampai ia duduk di bangku universitas pun, tak satupun momen dalam hidupnya
yang tidak tercatat di buku ajaib itu. Tapi karena terkesan norak kalau
menyebutnya sebagai Diary, Alicia
lebih suka menyebutnya Journal sejak
ia menjadi siswi SMA. Buku itupun sudah mengalami regenerasi kira-kira sebanyak
12 kali. Dan semua serinya tetap tersimpan rapi di rak buku sang pemilik, tersampul
tanpa lecek sedikitpun.
Beberapa saat
kemudian, terdengar bunyi bel pintu dan Alicia langsung berlari menuruni
tangga, membukakan pintu untuk kembarannya yang baru saja tiba dirumah. Alicia
dengan cekatan mengambil kunci mobil dari tangan Leticia, dan kembali
menariknya keluar rumah bahkan sebelum ia melepas sepatu.
Ya, pergi
cream bath. Dan karena hari ini yang mengajak adalah Alicia, maka ia yang akan
membayar untuk mereka berdua.
***
10 September 2012
…
Seandainya
ada Leticia…
Setelah
menyelesaikan kalimat terakhirnya, wanita itu menutup buku dan beranjak dari
bangkunya. Ia berjalan lesu ke tempat tidurnya, kemudian menarik selimut dan
meringkuk didalamnya. Menumpahkan air mata sampai ia kelelahan dan tertidur
dengan bantal yang basah.