Tuesday, September 25, 2012

Cream Bath


Wanita cantik berpakaian formal itu turun dari dalam taksi, melangkah dengan anggun melintasi lobby, sampai ia memasuki lift dan memencet tombol bernomor 17. Sambil menunggu lift mengantarkannya ke lantai yang dituju, ia memandangi siluet dirinya sendiri di cermin yang terdapat pada dinding lift tersebut sambil sesekali merapikan rambut dan membenahi gulungan lengan kemeja putihnya. Ia memang tak berencana kemana-mana lagi setelah ini, tapi sifatnya yang perfeksionis membuatnya risih jika melihat sedikit saja yang tidak beres dengan penampilannya.
                Ketika pintu lift terbuka, ia cepat-cepat berjalan keluar menuju satu pintu yang terletak di ujung lorong. Dia sengaja memilih yang dipojok itu sebagai tempat tinggalnya, karena memang jarang dilewati oleh orang-orang. Setelah masuk kedalam dan kembali mengunci pintu apartemennya, ia segera melepaskan sepatu hak tinggi yang sudah seharian ini terpasang di kedua kakinya dan langsung merebahkan dirinya di sofa. Ia tidak bergeming selama kurang lebih 15 menit, hanya memejamkan mata dan merelaksasi diri, kemudian ia bangun dari duduknya dan melakukan sedikit bersih-bersih.
                Apartemen dengan desain minimalis itu tidak terlalu luas, namun lebih dari cukup untuk ditinggali seorang wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah. Meski begitu, ia tetap menjaga dengan sempurna kebersihan dan kenyamanan apartemennya, karena setelah hari panjang di kantor, yang ia butuhkan kadang hanyalah perasaan nyaman di rumah dan waktu untuk dihabiskan bersama dirinya sendiri di tempat yang sudah dianggap sebagai kerajaan kecilnya.
                Setelah berendam air hangat dan mengoleskan night cream pada wajahnya, wanita itu berjalan menuju meja kaca berwarna putih yang terletak di kamar tidurnya, dan duduk di kursi yang sengaja dipesannya dengan warna senada. Ia membuka buku yang tergeletak diatas meja itu, mengambil pena dan mulai menulis.

10 September 2012
Hari ini panas. Dari tadi siang aku nggak berani keluar kantor walau barang tiga menit cuma sekedar buat beli koran di kios seberang jalan. Mataharinya nusuk, bikin kulit perih plus sakit kepala. Untung hari ini meeting nya agak lama, jadi pas keluar kantor udah gelap.
Dulu, kalo hari panas kayak gini, pasti kita pergi cream bath bareng…

***

                Alicia turun dari mobil dan bergegas menaiki tangga di teras rumahnya, kemudia memencet bel dengan tidak sabar sambil mengoceh sendiri. Hari ini udara diluar sangat panas, dan ia ingin cepat-cepat masuk kerumah untuk menghindari panasnya matahari yang menggosongkan kulitnya.
                Ketika si Mbok membukakan pintu, Alicia masuk dengan mengendap-endap karena takut kelihatan oleh mamanya yang sedang makan di dapur. Tapi ternyata mamanya sudah melihat bayangannya dari jauh dan langsung memanggilnya.
Ketika Alicia sampai di dapur, mamanya tak dapat menahan diri untuk tidak menjerit dan ngomel, melihat anak perempuannya yang cantik dan berkulit bersih, tiba-tiba gosong dan tampak dekil.


Akhirnya setelah sesi ocehan itu berakhir, Alicia yang sudah makin kepanasan langsung naik ke lantai 2, dan saat tiba di kamar ia langsung menyalakan AC dan merebahkan diri di tempat tidurnya yang nyaman. Setelah menenangkan pikiran dan menetralkan suhu tubuh, ia bangun dan menuju meja belajarnya. Membuka buku di hadapannya dan mulai menulis.


9 Juni 2003
Hari ini rasanya separo neraka pindah ke bumi. Panas gila! Padahal pas tadi pagi gue berangkat ke kampus, udaranya sejuk-sejuk aja, malah mendung kayak mau hujan. Eeh pas jam 11 gue mau beli gorengan didepan kampus, rasanya kayak di oven! Tadi aja pas nyampe rumah, nyokap ampe jerit gara-gara liat kulit gue gosong.
Untung hari ini kembaran gue, Leticia, nggak ada kelas sore. Jadi gue tinggal nungguin dia bentar lagi pulang, trus kita bias cream bath bareng! Yeay!

Setelah menulis beberapa kalimat di buku bersampul baby blue itu, Alicia bangkit berdiri dengan perasaan sedikit lebih riang. Ritual menulis Diary memang sesuatu yang tak pernah ia tinggalkan.
Dulu, teman sebangkunya waktu kelas 3 SD memperkenalkan buku ajaib yang bisa menampung semua hal yang ada di benaknya. “Mau dijadiin tempat curhat, nulis lirik lagu, gambar-gambar, kenang-kenangan, pokoknya semua bisa kita bikin di buku ini”, ucap Kayla, teman sebangkunya saat itu.
Tapi sepertinya, kalimat yang diucapkan oleh seorang anak kecil itu tidak pernah bisa lepas dari cantolan di dalam hati si anak yang mendengarnya. Buktinya, sampai ia duduk di bangku universitas pun, tak satupun momen dalam hidupnya yang tidak tercatat di buku ajaib itu. Tapi karena terkesan norak kalau menyebutnya sebagai Diary, Alicia lebih suka menyebutnya Journal sejak ia menjadi siswi SMA. Buku itupun sudah mengalami regenerasi kira-kira sebanyak 12 kali. Dan semua serinya tetap tersimpan rapi di rak buku sang pemilik, tersampul tanpa lecek sedikitpun.
Beberapa saat kemudian, terdengar bunyi bel pintu dan Alicia langsung berlari menuruni tangga, membukakan pintu untuk kembarannya yang baru saja tiba dirumah. Alicia dengan cekatan mengambil kunci mobil dari tangan Leticia, dan kembali menariknya keluar rumah bahkan sebelum ia melepas sepatu.
Ya, pergi cream bath. Dan karena hari ini yang mengajak adalah Alicia, maka ia yang akan membayar untuk mereka berdua.

***

10 September 2012

Seandainya ada Leticia…

                Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya, wanita itu menutup buku dan beranjak dari bangkunya. Ia berjalan lesu ke tempat tidurnya, kemudian menarik selimut dan meringkuk didalamnya. Menumpahkan air mata sampai ia kelelahan dan tertidur dengan bantal yang basah.

No comments:

Post a Comment